Selama ini dipahami bahwa kemampuan beranalogi adalah kemampuan unik manusia, yang disampaikan melalui kemampuan berbahasa.
Namun sebuah penelitian yang dilakukan Homo Joel dari Laboratoire de Psychologie Cognitive Université de Provence, Perancis, dan Roger Thompson dari College Franklin & Marshall, Lancaster, Pennsylvania, Amerika Serikat, telah menunjukkan bahwa babun mampu membuat analogi.
Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal Psychological Science yang dirilis ScienceDaily, Sabtu (24/9/2011) waktu setempat atau Minggu (25/9/2011) WIB.
Untuk waktu yang lama, para peneliti percaya bahwa jenis penalaran analogis adalah mustahil tanpa bahasa dan bahwa itu adalah terbatas pada manusia atau, paling jauh, kera besar yang telah diajarkan bahasa. Namun, kedua peneliti tersebut mencoba kemampuan analogi itu terhadap babun.
Mereka melakukan percobaan terhadap 29 babun (Papio papio) dengan beragam usia, yang secara bebas bisa melakukan latihan analogi.
Babun-babun ini ditunjukkan dua bentuk geometris, yaitu dua kotak pada layar sentuh. Setelah babun menyentuh salah satu dari bentuk-bentuk ini, dua pasangan bentuk geometris lain muncul di layar, seperti segitiga dan bintang, untuk pasangan pertama dan dua oval identik untuk pasangan kedua.
Untuk berhasil menyelesaikan latihan dan dihargai, hewan itu menyentuh pasangan yang mewakili hubungan yang sama sebagai pasangan awal. Dalam hal ini adalah dua oval.
Dari hasil percobaan itu, dengan kata lain, menunjukkan bahwa babun tersebut mampu mendeteksi hubungan, yang merupakan definisi analogi.
Setelah periode pembelajaran intensif mencakup beberapa ribu tes, enam babun melakukan tugas dengan benar, hal ini menunjukkan kemampuan untuk menyelesaikan masalah analogi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bahasa tidak diperlukan dalam menentukan kemampuan beranalogi.
Bagaimana hewan mampu beranalogi? Jawabnya adalah kemampuan adaptif yang dimiliki babun-babun itu, yang menyebabkan transfer pengetahuan dari satu bidang ke bidang lainnya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar