Senin, 08 Agustus 2011
Waspadai Minuman Isotonik Saat Puasa
Selama ini Minuman isotonik dicitrakan sebagai minuman yang mampu mengganti cairan tubuh yang hilang dalam waktu singkat. Namun minuman ini sebenarnya tidak bisa dikonsumsi sembarangan karena kandungan natriumnya cukup tinggi.
Hampir semua iklan minuman isotonik di televisi mengatakan saat tidur tubuh kehilangan banyak cairan sehingga saat sahur seharusnya kita mengasup minuman isotonik untuk mengganti ion yang hilang.
Staf pengajar pada Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr.Ari Fahrial Syam, Sp.PD, mengungkapkan iklan tersebut sebenarnya menyesatkan.
"Tanpa aktivitas atau jika tidur, cairan hanya keluar melalui kulit dan pernapasan sekitar 350 cc. Sedangkan elektrolit, khususnya natrium dan klorida hanya dikeluarkan melalui urin, feses dan juga keringat. Rasanya kalau kita tidur tidak banyak keringat yang keluar kecuali ruangannya sangat panas seperti sauna," paparnya dalam surat elektronik.
Ia menambahkan, minuman isotonik pada dasarnya adalah larutan garam yang kemudian ditambahkan oleh beberapa zat lain, seperti vitamin dan gula karena itu harus dikonsumsi secara tepat.
"Harus diwaspadi konsumsi minuman isotonik terutama pada orang dengan gangguan pencernaan, pasien hipertensi, juga pasien diabetes melitus yang kadar gulanya akan terganggu jika tidak memperhitungkan asupan gula dalam larutan isotonik tersebut," imbuh ketua advokasi Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia ini.
Senada dengan dr.Ari, ahli diet dan nutrisi, dr.Phaidon L.Toruan mengungkapkan, sahur dengan minuman elektrolit sintetis yang ditambahkan gula pasir bukanlah pilihan yang tepat.
Ia menjelaskan, pada prinsipnya manusia memang memerlukan elektrolit karena proses kehidupan tubuh manusia semua menggunakan prinsip biokimiawi listrik. "Tetapi, yang kita perlukan adalah listrik yang "hidup" yang berasal dari materi hidup seperti air kelapa dan buah-buahan," katanya.
Elektrolit di alam seperti yg terkandung di dalam buah-buahan, unsur kaliumnya lebih banyak dari unsur natriumnya dan bersifat basa. Konsumsi elektrolit alami ini membuat suasana tubuh sehat dan optimal. Sementara elektrolit sintetis, kadar Na lebih banyak dari kalium sehingga rasanya asin.
"Elektrolit seperti itu malah menyebabkan tekanan darah agak naik. Tubuh kita membutuhkan makanan dan minuman dengan komposisi seperti yang ada di alam," paparnya.
Kecukupan tubuh akan cairan, ditegaskan oleh Ari bisa dipenuhi dari air minum. "Tetap usahakan minum dengan jumlah total 8-10 gelas per hari. Bila aktivitas meningkat dan keringat lebih banyak, kita bisa mendapatkan sumber cairan dan mineral dari buah-buahan," katanya. (fz/kompas)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar