Rabu, 10 Agustus 2011

5 Langkah Bijak Memilih Makanan Manis



Selama ini, Gula atau pemanis makanan kini sering dituding sebagai penyebab timbulnya sejumlah masalah kesehatan, seperti kerusakan gigi, kegemukan, diabetes melitus, penyakit jantung, gangguan perilaku anak (hiperaktif), dan masih banyak lagi. Makanan bergula juga sering disebut bergizi nol karena hanya menyumbang kalori bagi tubuh, tanpa ada zat gizi lain.

Apakah benar efek dari konsumsi gula seburuk itu? Mengonsumsi banyak makanan bergula tanpa mengurangi takaran makanan lain tentu akan mendongkrak asupan kalori ke dalam tubuh. Kelebihan kalori ini akan disimpan sebagai timbunan lemak dan membuat kita gemuk atau obesitas. Jika sudah di tahap itu, kita pun kian dekat dengan berbagai masalah yang tadi disebutkan.

untuk itu kita mesti paham, yang dimaksud dengan gula di sini tidak merujuk pada sumber alami, seperti buah dan sayur, tetapi lebih pada gula pasir, sirop, atau madu yang ditambahkan pada makanan dan minuman, seperti permen, cokelat, biskuit, kue, soft drink, dan sejenisnya, yang sering dikonsumsi sebagai makanan selingan.

Beberapa Anjuran dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kadar gula yang boleh ditambahkan dalam makanan dan minuman maksimal 10 persen dari total kalori per hari. Atau, sederhananya 3-12 sendok teh, dengan catatan 1 sendok teh sama dengan 4 gram gula pasir (1 gram akan menghasilkan 4 kalori). Apabila asupan kalori total per hari adalah 1.600 kalori, kita boleh menambahkan gula tidak lebih dari 3 sendok teh. Adapun yang kebutuhan hariannya 1.800 kalori dapat menambahkan 5 sendok teh gula, dan seterusnya.

Maka itu, mari jaga asupan gula dari makanan dan minuman sehari-hari. Ubah kebiasaan-kebiasaan berikut.

1. Minum teh manis setiap pagi dan sore
Banyak orang minum teh dengan menambahkan 2-3 sendok teh gula pasir (9 gr) atau kira-kira 36 kalori. Jika minumnya pagi dan sore, berarti jumlah kalori yang masuk sebanyak 72. Itu baru dari teh saja. Sebaiknya: Coba minum teh tanpa menambahkan gula. Pertama mungkin terasa pahit, tetapi kita jadi dapat merasakan kenikmatan daun teh alami tanpa terganggu rasa manis dari gula.

2. Minum kopi dengan tambahan berbagai pemanis
Perpaduan rasa pahit kopi dan pemanis justru menambah cita rasanya. Namun, kadang kita kebablasan dan menambahkan lebih dari satu jenis pemanis. Misalnya, sudah ditambah gula, lalu ditambah lagi dengan madu, karamel, vanila, atau whipped cream. Tentu saja jumlah kalori dalam segelas kopi melonjak tajam. Sebaiknya: Batasi tambahan pemanis pada secangkir kopi. Satu sendok makan (15 gr) saja sudah menyumbang 60 kalori bagi tubuh kita.

3. Sarapan roti satu tangkup, plus mentega dan selai cokelat
Kita patut mewaspadai selai yang satu ini karena tambahan gula untuk menetralisasi rasa pahit cokelat cukup banyak. Jika dioleskan sekitar satu sendok makan (lebih kurang 15 gr) bersama mentega (kira-kira 10 gr), jumlah kalori yang masuk mencapai 130 kalori. Ini belum termasuk yang dari roti. Sebaiknya: Ganti olesan selai cokelat dengan potongan buah segar.

4. Minum es sirop saat makan siang atau malam
Saat makan siang atau malam di restoran, kita kerap tergoda untuk memilih minuman dengan warna-warna cerah yang terlihat di menu. Minuman berwarna-warni itu menampilkan kesan nikmat dan menyegarkan. Padahal, kalau dihitung-hitung, setiap gelas bisa mengandung kira-kira 65 kalori. Sebaiknya: Kalau memang ingin minuman yang menyegarkan, pilih jus buah segar tanpa tambahan gula.

5. Menambahkan gula pada saat memasak makanan
Sebenarnya wajar saja apabila kita menggunakan gula pasir untuk menambah rasa agar makanan kian lezat. Namun, kadang tanpa disadari jumlahnya terlalu banyak. Padahal, kita masih mendapat pasokan gula dari camilan dan minuman lain yang kita konsumsi. Sebaiknya: Kurangi tambahan gula pasir hingga 50 persen. Ganti dengan pemanis alami, seperti kayu manis, jahe, atau pala. Bisa juga dengan menambahkan buah segar atau buah kering.

Narasumber: Dr dr Saptawati Bardosono, MSc; Ketua Program Studi Doktor Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; dan Pengurus Pusat Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia.(fz/kompas)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar